Untuk melihat foto-foto kegiatan di SEI silakan klik [di sini]
Elok nian, Sabtu tanggal 17 April 2010 !
Dengan wajah cerah dan sumringah ibu-ibu Yayasan HULASKO yang terdiri dari Ibu Budi Palupi, Emmy Soerjo, Enny Yuliani dan Nehria Sudjarwo ternyata bisa berangkat lebih awal dari tempat berkumpul di CITOS (Cilandak Town Square) menuju Sekolah Smart Ekslensia Indonesia (Sekolah SEI), Parung, Bogor. Karena berangkat lebih awal, sampai di Sekolah SEI juga lebih awal dari yang diperkirakan. Di sekolah ini, ibu-ibu bertambah semangat karena bertemu dengan warga HULASKO yang lain, Bapak Siswanto yang rupanya sudah datang duluan (ya iya lah... karena rumah Bapak Siswanto di Pondok Cabe yang relatif dekat dengan Parung) dan Bapak Rovicky beserta isteri tercinta yang datang menyusul. Yang pasti Bapak Siswanto komit datang lebih awal untuk memastikan materi dan segala perlengkapan games yang diperlukan selama sesi tampil bagus sesuai harapan. Semuanya tampak ikhlas menyediakan waktu dan pikirannya untuk “ngamen” shodaqoh ilmu ke Sekolah SEI.
Sekilas dulu tentang struktur keberadaan SEI. SEI bernaung di bawah Lembaga Pengembangan Insani (LPI) yang merupakan jejaring Dompet Dhuafa Republika (DDR). Selain SEI, LPI mempunyai 2 (dua) program lain yakni “Makmal Pendidikan” yang mempunyai program untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Dasar melalui pendampingan Sekolah dan Pelatihan Guru dan program “Beastudi Etos”, yakni pemberian Beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa unggul Indonesia.
LPI, diawaki oleh para profesional muda trengginas dan murah senyum, mempunyai misi untuk memutuskan rantai kemiskinan dan menyiapkan SDM unggul Indonesia. Jadi sudah klop dengan maksud kunjungan Yayasan Hulasko ke Sekolah SEI dalam menjalankan Program Kerja Tahun 2010 untuk kategori “Pemberdayaan”.
Pemberdayaan di sini dimaksudkan melakukan optimisasi kompetensi warga HULASKO, dengan mendermakan ilmu, ketrampilan dan pengalamannya kepada dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
Lebih jauh tentang SEI yang berlokasi di Jl. Raya Parung Bogor, Desa Jampang, Kec. Kemang, Kab. Bogor, Jawa Barat 16310. Dalam satu bangunan yang sama dengan LPI, SEI menempati bangunan yang cukup besar, gedungnya bercat biru dan hijau dengan fasilitas sekolah yang lengkap. SEI merupakan sekolah akselerasi 5 (lima) tahun (tingkat SLTP & SLTA), berasrama (bahasa kerennya boarding school) dan bebas biaya.
Siswa-siswa SEI adalah anak-anak cerdas, berasal dari keluarga dhuafa (ekonomi lemah) yang diseleksi dari seluruh propinsi di Indonesia. Untuk tahun ajaran ini, siswa SLTA Kls 5 (setara Kls 3 SLTA) berjumlah 30. Mereka berasal dari 24 propinsi. Saat ini, 4 dari 30 siswa tersebut sudah diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kecakapan (PMDK). Kami mendapatkan informasi dari Kepala Sekolah SEI ini bahwa, alumni lulusan SEI yang kini duduk di Perguruan Tinggi (sebagian besar Perguruan Tinggi Negeri), rata-rata mempunyai nilai IPK di atas 3, bahkan ada yang 3.9
Untuk menyemarakkan acara sebelum sesi resmi dimulai, siswa-siswa SEI tampil memukau dalam grup yang mereka namakan “The Amburaduls”. Mereka memainkan musik menggunakan barang-barang bekas seperti botol bekas, panci bekas, ember bekas, penggorengan bekas, dan lain2. Ritme dan irama musik yang ditampilkan hampir menyerupai sebuah defile drum band yang biasa dimainkan oleh Taruna2 AKABRI. Mengharukan, karena mereka tampil dengan alat/instrumen musik apa adanya, namun sekaligus membanggakan, karena “The Amburaduls” dan kelompok2 musik lainnya dari SEI yang juga menggunakan barang2 bekas, sering menerima penghargaan dari publik/instansi di luar SEI.
Suasana ruangan menjadi semakin marak dan ceria setelah penampilan “The Amburaduls” dan saatnya Yayasan HULASKO memberikan Knowledge Sharing ke 30 siswa Kls 5 tsb. Sebelum sesi resmi Knowledge Sharing dimulai, bu Budi Palupi, selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan HULASKO membawakan pengantar tentang Yayasan HULASKO sekaligus juga memberikan pesan kepada kepada para siswa.
Seperti kunjungan ke SEI ini, bu Budi mengatakan bersyukur dipertemukan dengan insan-insan yang mempunyai kepedulian tinggi untuk meningkatkan kualitas insan Indonesia; baik kualitas imannya, kualitas taqwanya; kualitas pikirnya; dan kualitas hidupnya. Setelah memperkenalkan kepada hadirin tentang Yayasan Hulasko yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan dengan 4 (empat) kategori Program Kerjanya; 1) Program Sosial/Kemanusiaan; 2) Program Pemberdayaan 3) Program Advancement dan 4) Program Umum/Silaturahim, bu Budi memberi pesan.
Kepada 30 siswa yang sudah selesai menjalani US (ujian sekolah) dan UN (ujian negara) Ibu Budi Palupi mengajak agar seluruh siswa dalam menjalani hidup mempunyai sifat Rijaal, dengan memiliki keberanian, ketulusan, konsistensi, kepahlawanan, pengorbanan, dan lain lain. Karena hidup adalah suatu proses dan proses adalah perubahan dan perubahan itulah yang menandakan kita semua ini hidup. Oleh karena itu hidup harus terus berjalan dengan terus belajar menerima bahwa karunia yang tampak apa adanya tidak boleh dijadikan sebagai penghalang untuk berprestasi.
Selanjutnya Ibu Budi Palupi mengingatkan bahwa karunia yang tampak apa adanya adalah alat seleksi bagi siapa saja untuk membuktikan dirinya siapa yang tangguh, siapa yang lemah, siapa yang optimis dan siapa yang pesimis, siapa yang berusaha, siapa yang hanya bisa meratap dan mengeluh. Lebih jauh, beliau mengingatkan bahwa kita sebagai manusia adalah suatu karunia, sejauh mana kita masing-masing memfungsikan karunia tersebut. Mengakhiri pengantarnya, Ibu Budi Palupi menyemangati para siswa untuk berusaha sungguh-sungguh, karena siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, “Man jadda wa jadda”.
Acara diteruskan oleh Bapak Siswanto yang secara kocak dan hangat memulai sesinya dengan acara perkenalan. Masing-masing siswa memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama serta daerah asalnya. Ada yang berasal dari Aceh, Medan, Riau, Palembang, Tangerang, Bogor, Semarang, Yogya, Surabaya, Bali, NTB, Makasar, Kalimantan Timur, Papua, dll. Sebagai bukti cinta tanah air, Beliau memulai sesi ini dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Woow, keren....cara Bapak Siswanto menumbuhkan semangat cinta tanah air kepada generasi muda.
Di sela-sela presentasi, agar materi diterima dalam suasana gembira, para siswa diajak bermain games, menyanyi dan menari dan dibagikan hadiah buku kepada siswa yang berani dan tampil mengajukan pertanyaan. “Terima kasih, terima kasih..”, demikian deretan ucapan tulus dari para siswa yang menerima hadiah-hadiah buku dari Bapak Siswanto , hanya Allah Yang Maha Pemurah yang akan membalas.
Knowledge Sharing dengan judul “Be The Best We Can Be” yang dibawakan oleh Bapak Siswanto dimaksudkan untuk mendorong para peserta dalam membangun moral generasi baru Indonesia agar dapat dijadikan landasan pikir dan laku dalam pembentukan bangsa Indonesia yang beretika.
Secara ringkas sesi “Character Building – Membangun Generasi Indonesia” ini, Bapak Sis wanto memberikan kiat-kiat untuk menjadi manusia Indonesia mandiri, yang mampu mengelola pikirannya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang efektif dan berdaya guna bagi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga diberikan beberapa contoh dari keberhasilan tokoh-tokoh Indonesia maupun luar negeri yang berhasil membangun diri dan usahanya. Dari semua sesi ini, beliau mengharapkan para siswa menjadi generasi baru bangsa Indonesia, yang dapat memetik pembelajaran dan suri tauladan dari kisah sukses kisah sukses para tokoh tersebut.
Tidak terasa sesi ini diakhiri karena waktu shalat dhuhur dan istirahat makan siang telah tiba.
Setelah rehat usai, sesi berikutnya disampaikan oleh Bapak Rovicky D.P. yang kita kenal dengan sebutan “pakde Rovicky” dalam blognya. Dengan gaya seorang dosen di depan siswa-siswanya, pakde Rovicky memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pengertian proses-proses geologi di alam; cara memahami kondisi alam sekitarnya; cara mengenali gejala alam apa saja yang ada di lingkungan sekitar yang berpotensi menjadi bencana; dan dasar-dasar mitigasi (pengertian, manfaat serta cara melakukan mitigasi bencana di sekitar kita).
Kalau diringkas, sesi ini memberikan pengertian tentang kejadian alam dan bencana alam; bagaimana manusia mengalami, mengerti, mempelajari dan menghindari akibat buruk dari bencana alam; serta bagaimana manusia mengantisipasi gejala alam apa saja yang ada di sekitar lingkungan hidup kita.
Secara keseluruhan sesi Yayasan HULASKO berdurasi sehari penuh, dimulai sejak pukul 08.00 dan ternyata baru berakhir pada pukul 16.45. Melalui blognya, pakde Rovicky tambah bersemangat menjelaskan pertanyan-pertanyaan yang diajukan oleh para siswa yang sangat antusias, untuk mendapatkan penjelasan tentang tsunami Aceh, gempa bumi Yogya, jebolnya Situ Gintung, dan lain-lainnya.
Sebelum dilakukan acara pemotretan, Pimpinan LPI dan DDR mengucapkan terima kasih kepada Yayasan HULASKO yang telah berbagi ilmu kepada SEI/LPI/DDR.
Bravo Yayasan HULASKO!
Alhamdulillah atas kerja keras semua pihak yang terlibat, acara ini berlangsung dengan lancar, menggembirakan dan mudah2an penuh keberkahan.
Yayasan HULASKO berharap do’a dan dukungan semua warga HULASKO untuk bisa melanjutkan acara-acara seperti ini seperti yang digariskan dalam misi Yayasan HULASKO untuk berpartisipasi dalam mengembangkan SDM Indonesia menuju Indonesia ke depan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment