Hujan yang awet mengguyur Jabotadebek dari semalam hingga siang hari ini mengantarkan kita untuk mengakhiri tahun 2013. Waktu setahunpun telah dan akan berlalu. Tahun 1434-Hijriah yang hampir dua bulan berlalu dan tahun 2013-Masehi, yang Insya Allah, tengah malam nanti kita lewati.
Dari waktu, banyak yang kita pahami. Waktu adalah sumber daya berharga yang tidak dapat kita ambil kembali. Waktu sekali datang, takkan terulang. Waktu adalah nafas yang tak akan kembali.
Dari pohon kehidupan fana di bumi ini, tahun adalah batang; bulan adalah cabang; hari adalah ranting. Karena hidup tak boleh kita maknai hanya sebagai anugerah (kenikmatan), tetapi juga amanah yang menuntut tugas dan tanggung jawab. Sudahkah kita mewarnai pohon kehidupan ini dengan sebaik-baiknya?
Sahabat-sahabat HULASKO,
Warna yang kita torehkan pada lintasan waktu adalah pilihan. Bagaimanapun keadaan kita pada hari ini, hal tersebut merupakan sebuah keputusan yang telah kita ambil pada waktu sebelumnya.
Dengan kedalaman samudra kerendahan hati, marilah kita mengintrospeksi kembali waktu yang telah kita lalui dan masa depan yang akan kita jalani. Introspeksi kadang disinonimkan dengan istilah muhasabah dalam bahasa Arab. Secara etimologi, muhasabah berasal dari huruf h, s, b, yang berasosiasi dengan perhitungan atau memperhitungkan. Jadi makna muhasabah kurang lebih adalah membuat perhitungan terhadap diri sendiri atas kondisi dan kekurangan di masa lampau untuk koreksi, peningkatan dan perbaikan di masa mendatang.
"Tidaklah kedua kaki seorang hamba itu bergerak dari sisi Rabbnya pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang lima hal: (1) tentang umurnya, untuk apa ia gunakan; (2) tentang masa mudanya, untuk apa ia habiskan; (3) tentang hartanya, dari mana ia dapatkan, dan (4) kemana harta tsb ia belanjakan; serta (5) apa yang ia amalkan atas hal-hal yang sudah diketahuinya".
Introspeksi diri sendiri secara jujur dan benar terhadap lima hal di atas itu bukanlah hal mudah, karena manusia sering dikalahkan oleh hawa nafsu dan subyektivitas pribadi, terlebih lagi untuk melakukan perbaikan atasnya. Perlu kesadaran, perlu semangat yang tinggi serta keyakinan yang teguh untuk terus menerus memperbaiki diri sebelum ajal tiba, sebelum datangnya perhitungan hakiki dari Yang Maha Kuasa.
Dear Sahabat HULASKO,
Karena hidup memang sarat dengan pilihan, demikian pula yang akan terjadi pada kita di masa yang akan datangpun merupakan buah dari keputusan atau pilihan hidup yang kita ambil hari ini.
Sabda bijak: “Siapa yang hari ini lebih buruk ketimbang hari kemarin, maka ia adalah orang celaka. Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang rugi. Dan siapa yang hari ini lebih baik dibandingkan hari kemarin, maka dia adalah orang sukses”. Namun sukses tidaklah bermanfaat, apabila sukses semata-mata hanya diukur secara finansial dengan mengabaikan tujuan hidup lainnya di dunia ini, yang juga memiliki arti sama pentingnya, yaitu kesehatan mental, spiritual & raga; hubungan dengan Yang Maha Pencipta, hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Marilah kita semua mengintrospeksi diri masa lalu dengan menorehkan warna indah untuk perbaikan diri di masa depan. Karena warna itu adalah perekam jejak kita, yang kemudian akan mengabarkannya kepada generasi mendatang.
Bravo HULASKO!
Budi Palupi