Tuesday, 23 October 2012

Setia Mengabdi, Meski Kelas Beratapkan Langit

Oleh: Ibu Budi Palupi

Donasi Ilmu di SGI, Parung

Hujan lebat di Sabtu pagi tanggal 20 Oktober 2012, yang bisa jadi turun merata di Jakarta dan sekitarnya telah membawa manfaat dan kebaikan. Benar adanya, karena saat membuka acara Donasi Ilmu yang diberikan oleh Yayasan Hulasko ke Sekolah Guru Indonesia (SGI) pada Sabtu itu, Kordinator Komunitas Filantropi Pendidikan (KFP) salah satu jejaring divisi Pendidikan Dompet Dhuafa yang membawahi SGI menyampaikan bahwa Yayasan Hulasko telah menebar kebaikan.

Mengingat Donasi Ilmu ke SGI ini merupakan yang pertama kalinya diberikan Yayasan Hulasko, atas nama Yayasan Hulasko, secara sekilas saya memperkenalkan Yayasan Hulasko. Dengan visi menciptakan Keluarga Besar Hulasko yang peduli pada kesulitan warga Hulasko dan masyarakat umum melalui program Penyantunan, Pendampingan, Pemberdayaan, dan Advancement yang didasarkan pada rasa kesetiakawanan, persaudaraan dan persatuan yang kokoh, Yayasan Hulasko turut serta melakukan peningkatan kompetensi sdm, demi Indonesia ke depan yang lebih baik. Dengan meletakkan sikap dasar “Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami”, mimpi itulah yang ingin dicapai Yayasan Hulasko.


Seperti dikatakan oleh Kordinator KFP, dua puluh sembilan mahasiswa dan mahasiswi SGI yang tahun ini merupakan angkatan ke-4 ingin diajarkan ilmu “Problem Solving and the Team Decision Making Process”. Pak Siswanto dengan kepiawaiannya yang tinggi dalam memberikan training telah memukau calon-calon guru ini. Mereka gembira dan sangat antusias mengikuti semua sesi yang dibawakan dengan perpaduan metode antara theory, exercise, game, singing dan dancing. Dari awal pak Sis mengajarkan perlunya menentukan goal dalam hidup ini. Kemudian dilanjutkan dengan memperjelas goal yang dibuat dengan banyak mendengar, menginternalisasikan, kemudian melaksanakannya. “Membuat keputusan adalah hal penting dalam hidup, apalagi kalau yang harus dibuat adalah sebuah keputusan besar. Pak Sis memberikan contoh2 nyata. Pasti hal itu memerlukan waktu yang cukup dan ilmu yang harus terus dipelajari. “Decision Making memerlukan flexibility, patience, self-knowledge, curiosity and courage. Kalau Plan A gagal, lakukan dengan Plan B, dst”, demikian ilmu yang ditularkan pak Sis.


Sesi yang dimulai jam 08.00 tepat hingga jam 17.00 berlangsung padat, pak Siswanto dan Yayasan Hulasko memberikan hadiah buku-buku bermutu dan coklat kepada siswa dan siswi yang tampil berani dan cerdas sewaktu sesi. Saya berulang kali menyampaikan harapan agar siswa-siswi menjadi guru yang berkarakter, yang mumpuni, yang apik njobo-njero, yang cerdas, yang kreatif, yang ikhlas mendidik putra-putri bangsa Indonesia yang jauh, seperti di Pulau2 Kalimantan Sulawesi, Irian, karena pendidikan berkualitas tidak hanya harus diterima oleh anak bangsa yang bermukim di Pulau Jawa.



Terpancar dari 29 pasang mata 11 siswa dan 18 siswi SGI angkatan-4 ini bahwa mereka siap menjadi guru model serta berkontribusi untuk kemajuan pendidikan di sekolah-sekolah dhuafa, di penjuru nusantara, khususnya di daerah-daerah terluar, terdepan dan tertinggal di Indonesia. Mereka ini adalah sarjana-sarjana fresh graduate (S-1) dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, a.l. USU Medan, UNILA, UNRAM Mataram, UMN Makasar, UNAIR, UGM, UPI, UNJ, IAIN, UNAND, dengan basic keilmuannya yang beragam, a.l. Bhs Inggris, Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Tata Boga, Akutansi, Fisika, Teknik Elektro, Kimia, Biologi, Psikologi, dll.

SGI memberikan fasilitas akomodasi kepada calon-calon guru ini dalam satu gedung dengan tempat mereka menerima pelatihan selama 6 bulan, yang mencakup teori dan magang. Diharapkan akan lahir guru-guru berkarakter, guru-guru yang memiliki kompetensi mengajar dan mendidik serta memiiki jiwa kepemimpinan. Mengakhiri sesi Donasi Ilmu ini, dengan hening, semua menyanyikan lagu kebangsaan kita, "Indonesia Raya".


Sahabat-Sahabat Hulasko,
Guru adalah digugu lan ditiru. Kesaksian para guru, alumni angkatan sebelumnya yang telah ditempatkan selama 1 tahun ke sekolah-sekolah dhuafa di daerah-daerah terluar, terdepan dantertinggal di Indonesia, mereka mengatakan mereka tak peduli dengan minimnya perhatian, kurangnya fasilitas, minusnya periuk di dapur rumah, mereka memenuhi tugasnya untuk mengajar dan mendidik anak-anak tsb . Anak-anak yang ingin maju seperti saudara-saudaranya di bagian lain negeri ini. Guru-guru ini, Setia Mengabdi Meski Kelas Beratapkan Langit!

1 comment:

  1. Wah, judul tulisannya seperti buku SGI Dompet Dhuafa..

    ReplyDelete