Pendidikan Gratis Bagi Kaum Papa
Sebuah usaha untuk memotong
lingkaran setan kemiskinan
MASTER, ya MASTER!
Benar, Master ini adalah akronim dari Masjid Termin
al. Di sini terdapat sekolah gratis bagi kaum papa yang diselenggarakan di Masjid Al Muttaqien, yang berada di areal Terminal Kota Depok.
Sekolah Master merupakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dikelola oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim), dengan menawarkan pendidikan gratis untuk tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA), termasuk untuk Program Paket A sampai Paket C.
Awal Mula Master
Sekolah yang berkidmad memberikan pendidikan gratis ini awalnya dirintis oleh remaja masjid yang tergabung dalam Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqien pada thn 2000. Nurohim, pengurus remaja masjid tsb, adalah sang motor komunitas Master. Dan kini ia menjadi Ketua Yabim, yang fokus untuk 4 (empat) Program Kerjanya, yakni:
- Bidang Pendidikan
- Bidang Kesehatan
- Bidang Pemberdayaan Ekonomi
- Bidang Advokasi Hukum
Sewaktu bulan April 2011 lalu, Yayasan Hulasko bersilaturahim ke sekolah Master, mas Nurohim menceriterakan, “Bunda, saya risau dan prihatin melihat kerasnya kehidupan anak-anak jalanan yang “tinggal” di kawasan terminal Depok. Biaya pendidikan yang sulit dijangkau dan pelayanan kesehatan yang layak sepertinya hanya untuk mereka yang berduit saja. Hal ini mendorong saya yakin dan mantap dengan hadirnya sekolah Master melalui Yabim di kawasan Terminal Depok ini”.
Mas Nurohim sendiri merasa hidupnya sudah berkecukupan. Ia mempunyai 5 buah Warteg dan Warung Padang di Terminal Depok untuk menghidupi keluarganya. Di warung-warung itu, ia berinteraksi dengan anak jalanan, sopir angkot, pedagang asongan sampai preman. Ia biarkan mereka tidur dan mandi di tempatnya. Termasuk mereka ngutang di warung. Selama bisa membayar kontrakan dan tak rugi, ia biarkan saja. “Karena dengan cara itulah saya bisa bersama mereka”, kata mas Nurohim.
Potret Siswa, Jam Belajar, Biaya Operasional
Potret Siswa
Siswa Sekolah Master ini adalah anak “Kucing Garong”, ayahnya rata-rata “Bang Thoyib” (sudah 3x Lebaran, atau bahkan lebih .....tidak pulang) dan ibunya terpaksa menjual diri. Saat berbincang-bincang dengan mas Nurohim, Yayasan Hulasko menyaksikan seorang bapak dengan luapan kegembiraannya, karena menemukan anaknya laki-laki berumur 7 tahun di Terminal Depok. Tanpa sepengetahuan bapaknya, anak tsb telah meninggalkan rumahnya di daerah Priok selama berhari-hari karena ingin ketemu ibunya. Ia bilang kalau ingin menyusul ibunya di Banyuwangi, dengan naik kereta api, sambung-sambung, dari Depok – Surabaya – Banyuwangi. Inilah salah satu bocah jalanan, hasil keluarga “broken home”.
Tidak lama setelah itu, datang 4 anak seumuran, yang berpenampilan sangat kumal, tidak pernah tersentuh air bersih. Anak-anak berumur kisaran 7-9 tahun ini juga baru diketemukan di stasiun Depok, kemudian diajak relawan Sekolah Master untuk tinggal di kawasan Sekolah Master. Dua hal yang sangat dikhawatirkan oleh Sekolah Master adalah: Narkoba & Seks Bebas. Untuk seks bebas, kalau kini bocah-bocah tsb adalah korban, tetapi nanti pada saat mereka dewasa akan menjadi pelaku. Mata Rantai itulah yang ingin diputus oleh Sekolah Master.
Selain 4 anak kandungnya, yang 2 di antaranya kini sedang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, mas Nurohim melalui Yabim punya ‘anak asuh’ sebanyak 2.000 (dua ribu) jiwa. Inilah rinciannya:200 anak: Siswa TK dan PAUD- 400 anak: Siswa SD
- 600 anak: Siswa SMP
- 800 anak: Siswa SMA
Dari 2.000 siswa tsb, 150 anak tinggal di kawasan Master, yang jauh dari kondisi layak sebagai tempat tinggal. Beralaskan tikar robek atau lembaran kardus bekas di atas lantai tanah dengan dinding darurat itulah tempat mereka tinggal. Benar, mereka tinggal di tempat yang kumuh, gelap, dan lembab.
Selain 150 anak, yang tinggal di kawasan Master adalah staf Pengajar, yang semuanya adalah Relawan. Sebagian besar relawan ini sedang menuntut studi di Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah (UIN).
Jam Belajar
Sekolah Master membagi Jam Belajar dalam beberapa shift, sebagai berikut:
Pagi: Jam 07.30 – 12.00
PAUD, TK, SD dan SMP Siang: Jam 13.00 – 17.00
SMP dan SMA Malam: Jam 18.30 – 21.30 SMP dan SMA
Untuk tingkat SMP dan SMA, Sekolah Master bekerjasama dan berafiliasi dengan Sekolah Negeri (SMPN-10) dan (SMAN-5). Sepanjang umur siswa memenuhi kategori Sekolah Negeri, mereka diikutsertakan ujian negara.
Pada malam hari, mulai pukul 20.00 s/d 22.00 giliran kelas malam yang diikuti Pembantu Rumah Tangga, Tukang Sapu Jalan, Pelayan Toko, Pengasong dan sebagainya. Sekolah Master juga memberikan pendidikan ‘life skills’ berupa pengetahuan otomotif dan sablon.
“Di luar jam belajar, anak2 tsb kegiatannya apa mas Rohim?”, tanya Yayasan Hulasko. “Mereka berdagang, berdagang asongan, bunda”. “Melalui inilah mereka mendapatkan uang dan belajar menabung. Sudah tidak terbilang kali saya ditangkap Polisi yang belum mengenal saya, karena Polisi mengira saya adalah bandit yang mengeksploitasi anak-anak, saat Polisi melihat bocah pengasong memberikan uang ke saya. Padahal bocah-bocah kecil tsb menitipkan uangnya ke saya, agar tidak dicuri oleh “kakak-kakaknya” pengasong-pengasong besar”, ujar mas Nurohim. Melalui pendidikan di sekolah, ketrampilan life skills dan menjadi pedagang asongan itulah, Sekolah Master melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat papa.
Biaya Operasional
Dengan tanggungan sebanyak itu, tidaklah mengherankan Yabim membutuhkan biaya operasional sebesar Rp 124.000.000.- (Seratus dua puluh empat juta Rupiah) setiap bulannya. Yang menyedot banyak biaya operasional ini adalah untuk bidang Pendidikan dan Kesehatan. Dalam sebulan klinik di kawasan Sekolah Master ini bisa memberi pengobatan gratis kepada 600 – 700 orang miskin. Bantuan yang diterima setiap bulan dari Pemerintah hanya sekitar 4% dari kebutuhan bulanan, sisanya dari donatur lepas, individu maupun Perusahaan.
Penghargaan, Mutiara Di Balik Kekumuhan
Yabim sendiri tidak pernah mempromosikan keberadaannya, namun Yayasan Hulasko datang ke kawasan Sekolah Master melalui promosi “words of mouth” dari donatur yang bangga karena keberhasilan-keberhasilan yang telah ditoreh oleh Yabim melalui Sekolah Master-nya.
Mutiara tetaplah Mutiara meski keluar dari mulut anjing. Pepatah itu boleh jadi benar adanya jika melihat Sekolah Master yang disediakan untuk kaum papa ternyata mampu mengasah batu menjadi intan. Anak-anak yang semula nyaris tanpa masa depan, akhirnya bisa tergali bakat dan kemampuannya setelah mendapat pendidikan dari “orang-orang baik” yang peduli terhadap hak anak pada pendidikan.
Berkat pendidikan, batuan mentah yang semula kelam bisa berubah menjadi bersinar terang. Pendidikan memang bukan segala-galanya. Namun tanpa pendidikan yang baik, nyaris mustahil orang bisa menyongsong masa depan yang cerah.
Yayasan Hulasko melihat sendiri banyak Piagam Penghargaan yang telah diraih oleh siswa-siswa Sekolah Master terpampang di dinding ruang Yabim, a.l.: Pemenang Karya Tulis dan Film Director, Juara 1 dan 2 MIPA Tingkat Nasional, memenangkan seleksi Olimpiade dan salah satu siswanya mendapatkan nilai ujian nasional SMP yang baik untuk semua mata pelajaran yang diujikan, dengan rata-rata nila 8.5. Saat ini, lulusan SMA-nya ada 8 yang sudah menjadi Tentara melalui program seleksi Sekolah Prajurit Karier Tentara Nasional Indonesia dan 4 sedang melanjutkan studinya melalui program beasiswa ke Universitas Islam diMadinah. Sekolah Master juga punya Kelompok Musisi yang bisa memainkan berbagai aliran musik, dari nasid; keroncong; dangdut; pop rock; hingga jazz. Penderma juga bisa memanggil kelompok musik ini dan kemudian memberikan donasinya ke Sekolah Master. Woow keren...!
Pelayanan Kemanusiaan Yang Tak Kenal Lelah
“Bunda, besarnya tantangan yang ada, pelayanan kami buka 24 jam setiap harinya, untuk menangani urusan-urusan mulai “alam rahim” sampai dengan “alam barsah”, tutur mas Nurohim kepada Yayasan Hulasko. Subhaanallah...! Ya, “alam rahim” karena mengurus persalinan ibu-ibu yang tidak berdaya karena ditinggal lelakinya dan “alam barsah” karena mengurus pemakaman masyarakat papa ini ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Tempat Pemakaman Umum (TPU).
Saat kunjungan, Yayasan Hulasko juga menyaksikan beberapa siswa dan ibu yang sedang menunggu mendapatkan bantuan advokasi hukum, misalnya: membantu siswa yang tertangkap Satpol PP; menikahkan pasangan kumpul kebo secara agama dan negara; mengurus proses resmi perceraian karena ditinggal lelakinya. Mereka benar-benar butuh pertolongan hukum, sebagai korban “Bang Thoyib”..
Benar, suatu pelayanan kemanusiaan yang tak kenal lelah dan Sekolah Master telah membuktikan dirinya telah berupaya memotong lingkaran setan kemiskinan melalui pemberian akses pendidikan, bantuan kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan advokasi hukum kepada masyarakat papa agar mereka bisa mengenyam masa depan yang lebih baik.