Tuesday, 18 December 2012

Pahitnya Menjadi Orang-Orang Yang Kalah


Oleh: Budi Palupi




Sejalan dengan visi Yayasan Hulasko melalui program “Donasi Ilmu” yang membantu membuka pintu kesempatan lebih banyak kepada generasi muda Indonesia untuk berkarya unggul, menjadikan Indonesia ke depan yang lebih baik, hari Sabtu tgl 15 Desember 2012 lalu, Yayasan Hulasko menerjunkan pak Rawindra berdonasi ilmu, berbagi pengalaman dan wawasannya ke sekitar 30 mahasiswa Universitas Indonesia.

Pahitnya menjadi orang-orang yang kalah tidak ingin dirasakan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam “Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis” Nurul Fikri (PPSDMS NF) di Depok ini. Orang-orang yang kalah secara jati diri akan semakin tidak memiliki apa-apa yang dijunjung tinggi sebagai nilai kehormatan.

Mereka yang kini menempuh studi di semester 3 s/d 5 dari berbagai Jurusan/Fakultas di UI adalah calon-calon pemimpin yang bertekad menjadi lentera kecil, menjadi penerang dalam kegelapan. Benar, mereka tidak ingin menjadi orang-orang yang kalah, orang yang jiwanya ditaklukkan oleh kegetiran hidup di dunia ini. Makanya dalam acara ini, beberapa kali saya menyemangati mereka untuk kelak nantinya menjadi pemimpin yang gigih mengatasi segala kesulitan, tekanan dan gempuran di dunia, karena memang dunia inilah ladang ujiannya.

Melalui pemberian berbagai program/aktivitas kepemimpinan, mereka tampil disiplin dan patriotik, khususnya sewaktu mereka meng-ikrarkan “Idealisme PPSDMS”. Sejalan dengan ruh Yayasan Hulasko, mereka dituntut menjadi insan yang berkarakter, yang adil, cerdas, menjunjung kebersihan hati, pemberani dan pembelajar.


Belajar “Primary to Oil & Gas Industry”
Sebagai calon-calon pemimpin, mereka terus belajar dan belajar dan topik “Primary to Oil & Gas Industry” yang dibawakan oleh pak Rawindra sepertinya sangat diminati oleh mahasiswa-mahasiswa ini. Dengan kepakarannya dan pengalamannya lebih dari 30 tahun di industri migas, pak Rawindra menyajikan materinya dari A-Z, sangat lengkap dan menerangkannya bak seorang dosen memberikan kuliah formal kepada mahasiswanya, yang tidak bergeming dari tempat duduknya dan diam mendengarkan. 

Suasana cair terjadi saat sesi Tanya-Jawab, a.l. “Mengapa negara kita masih memerlukan perusahaan asing dalam meng-eksplorasi dan eksploitasi migas bumi?”. Dengan tenang, pak Rawindra menjelaskan, “Karena eksplorasi migas umumnya punya resiko sangat tinggi dan biaya yang luar biasa besar, yang masih sulit ditanggung perusahaan swasta domestik ataupun nasional, walau sekelas Pertamina. Kalau eksplorasi dan pengeboran gagal, lenyaplah uang jutaan Amerika dollar itu”. Dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, para mahasiswapun terlihat terkejut mendengar investasi jutaan Amerika dollar raib. 

Pertanyaan lainnya, “Mengapa negara kita masih perlu impor migas dan tidak mampu mencukupi kebutuhannya sendiri, padahal negara kita punya sumber daya alam yang melimpah?” 

Dengan tanggap, pak Rawindrapun segera menjawab keingintahuan mahasiswa, “Merupakan pendapat salah bahwa kekayaan migas negara kita berlimpah. Dalam perhitungan terakhir, cadangan minyak bumi kita bakal terkuras dalam waktu kurang dari 20 tahun. Impor minyak bumi dan BBM malah masih diperlukan untuk memenuhi tingkat konsumsi kita. Justru sumber daya energi selain migas/batubara yang berlimpah dan merupakanrenewable energi adalah panas bumi. Itulah tantangan kita untuk mengurangi ketimpangan sumber energi tsb. Sementara itu, kesulitan mempertahankan produksi migas kita bisa disebabkan oleh berbagai masalah: teknis maupun non-teknis. Yang teknis, seperti misalnya teknologi yang digunakan tidak memadai, reserve yang terbatas. Yang non-teknis, seperti misalnya masalah pembebasan tanah, dualisme aplikasi ketentuan otonomi daerah yang tumpang tindih, masalah salah urus, masalah leadership, dll”. 

Banyak yang mengangkat tangannya untuk bertanya, namun karena keterbatasan waktu pada sesi formal yang disediakan oleh PPSDMS, tidak semua keinginantahu mahasiswa bisa dipenuhi. Dalam acara tidak formal setelah acara pengambilan foto, keberuntungan rupanya masih berpihak pada sebagian mahasiswa, yang diajak bincang-bincang oleh pak Bagus Kartika, yang datang bergabung. Mereka senang diberi pak Bagus wawasan dan tip-tip berharga sebelum masuk dunia kerja. 


Sahabat-sahabat Hulasko, 

Kemajuan teknologi menyebabkan kebutuhan energi semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi sekarang berbagai sarana penunjang aktivitas manusia menghabiskan cukup banyak energi. Kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik serta berbagai fasilitas yang ada saat ini banyak menggunakan BBM yang cadangannya semakin menipis. Untuk menjamin tetap berjalannya berbagai aktivitas, marilah kita meyikapinya dengan cerdas. 



“Our attitude towards life determines life’s attitude towards us”
 (Earl Nightingale)