SEKOLAH MASTER
Pendidikan Gratis Bagi Kaum Papa
Sebuah usaha untuk memotong
lingkaran setan kemiskinan
MASTER, ya MASTER!
Benar, Master ini adalah akronim dari Masjid Termin
al. Di sini terdapat sekolah gratis bagi kaum papa yang diselenggarakan di Masjid Al Muttaqien, yang berada di areal Terminal Kota Depok.

Sekolah Master merupakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dikelola oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim), dengan menawarkan pendidikan gratis untuk tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA), termasuk untuk Program Paket A sampai Paket C.
Awal Mula Master
Sekolah yang berkidmad memberikan pendidikan gratis ini awalnya dirintis oleh remaja masjid yang tergabung dalam Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqien pada thn 2000. Nurohim, pengurus remaja masjid tsb, adalah sang motor komunitas Master. Dan kini ia menjadi Ketua Yabim, yang fokus untuk 4 (empat) Program Kerjanya, yakni:
- Bidang Pendidikan
- Bidang Kesehatan
- Bidang Pemberdayaan Ekonomi
- Bidang Advokasi Hukum

Mas Nurohim sendiri merasa hidupnya sudah berkecukupan. Ia mempunyai 5 buah Warteg dan Warung Padang di Terminal Depok untuk menghidupi keluarganya. Di warung-warung itu, ia berinteraksi dengan anak jalanan, sopir angkot, pedagang asongan sampai preman. Ia biarkan mereka tidur dan mandi di tempatnya. Termasuk mereka ngutang di warung. Selama bisa membayar kontrakan dan tak rugi, ia biarkan saja. “Karena dengan cara itulah saya bisa bersama mereka”, kata mas Nurohim.
Potret Siswa, Jam Belajar, Biaya Operasional
Potret Siswa

Tidak lama setelah itu, datang 4 anak seumuran, yang berpenampilan sangat kumal, tidak pernah tersentuh air bersih. Anak-anak berumur kisaran 7-9 tahun ini juga baru diketemukan di stasiun Depok, kemudian diajak relawan Sekolah Master untuk tinggal di kawasan Sekolah Master. Dua hal yang sangat dikhawatirkan oleh Sekolah Master adalah: Narkoba & Seks Bebas. Untuk seks bebas, kalau kini bocah-bocah tsb adalah korban, tetapi nanti pada saat mereka dewasa akan menjadi pelaku. Mata Rantai itulah yang ingin diputus oleh Sekolah Master.
Selain 4 anak kandungnya, yang 2 di antaranya kini sedang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, mas Nurohim melalui Yabim punya ‘anak asuh’ sebanyak 2.000 (dua ribu) jiwa. Inilah rinciannya:200 anak: Siswa TK dan PAUD
- 400 anak: Siswa SD
- 600 anak: Siswa SMP
- 800 anak: Siswa SMA
Dari 2.000 siswa tsb, 150 anak tinggal di kawasan Master, yang jauh dari kondisi layak sebagai tempat tinggal. Beralaskan tikar robek atau lembaran kardus bekas di atas lantai tanah dengan dinding darurat itulah tempat mereka tinggal. Benar, mereka tinggal di tempat yang kumuh, gelap, dan lembab.
Selain 150 anak, yang tinggal di kawasan Master adalah staf Pengajar, yang semuanya adalah Relawan. Sebagian besar relawan ini sedang menuntut studi di Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah (UIN).
Jam Belajar
Sekolah Master membagi Jam Belajar dalam beberapa shift, sebagai berikut:
Pagi: Jam 07.30 – 12.00
PAUD, TK, SD dan SMP Siang: Jam 13.00 – 17.00
SMP dan SMA Malam: Jam 18.30 – 21.30 SMP dan SMA

Pada malam hari, mulai pukul 20.00 s/d 22.00 giliran kelas malam yang diikuti Pembantu Rumah Tangga, Tukang Sapu Jalan, Pelayan Toko, Pengasong dan sebagainya. Sekolah Master juga memberikan pendidikan ‘life skills’ berupa pengetahuan otomotif dan sablon.

“Di luar jam belajar, anak2 tsb kegiatannya apa mas Rohim?”, tanya Yayasan Hulasko. “Mereka berdagang, berdagang asongan, bunda”. “Melalui inilah mereka mendapatkan uang dan belajar menabung. Sudah tidak terbilang kali saya ditangkap Polisi yang belum mengenal saya, karena Polisi mengira saya adalah bandit yang mengeksploitasi anak-anak, saat Polisi melihat bocah pengasong memberikan uang ke saya. Padahal bocah-bocah kecil tsb menitipkan uangnya ke saya, agar tidak dicuri oleh “kakak-kakaknya” pengasong-pengasong besar”, ujar mas Nurohim. Melalui pendidikan di sekolah, ketrampilan life skills dan menjadi pedagang asongan itulah, Sekolah Master melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat papa.
Biaya Operasional
Dengan tanggungan sebanyak itu, tidaklah mengherankan Yabim membutuhkan biaya operasional sebesar Rp 124.000.000.- (Seratus dua puluh empat juta Rupiah) setiap bulannya. Yang menyedot banyak biaya operasional ini adalah untuk bidang Pendidikan dan Kesehatan. Dalam sebulan klinik di kawasan Sekolah Master ini bisa memberi pengobatan gratis kepada 600 – 700 orang miskin. Bantuan yang diterima setiap bulan dari Pemerintah hanya sekitar 4% dari kebutuhan bulanan, sisanya dari donatur lepas, individu maupun Perusahaan.
Penghargaan, Mutiara Di Balik Kekumuhan
Yabim sendiri tidak pernah mempromosikan keberadaannya, namun Yayasan Hulasko datang ke kawasan Sekolah Master melalui promosi “words of mouth” dari donatur yang bangga karena keberhasilan-keberhasilan yang telah ditoreh oleh Yabim melalui Sekolah Master-nya.
Mutiara tetaplah Mutiara meski keluar dari mulut anjing. Pepatah itu boleh jadi benar adanya jika melihat Sekolah Master yang disediakan untuk kaum papa ternyata mampu mengasah batu menjadi intan. Anak-anak yang semula nyaris tanpa masa depan, akhirnya bisa tergali bakat dan kemampuannya setelah mendapat pendidikan dari “orang-orang baik” yang peduli terhadap hak anak pada pendidikan.
Berkat pendidikan, batuan mentah yang semula kelam bisa berubah menjadi bersinar terang. Pendidikan memang bukan segala-galanya. Namun tanpa pendidikan yang baik, nyaris mustahil orang bisa menyongsong masa depan yang cerah.

Madinah. Sekolah Master juga punya Kelompok Musisi yang bisa memainkan berbagai aliran musik, dari nasid; keroncong; dangdut; pop rock; hingga jazz. Penderma juga bisa memanggil kelompok musik ini dan kemudian memberikan donasinya ke Sekolah Master. Woow keren...!
Pelayanan Kemanusiaan Yang Tak Kenal Lelah

Saat kunjungan, Yayasan Hulasko juga menyaksikan beberapa siswa dan ibu yang sedang menunggu mendapatkan bantuan advokasi hukum, misalnya: membantu siswa yang tertangkap Satpol PP; menikahkan pasangan kumpul kebo secara agama dan negara; mengurus proses resmi perceraian karena ditinggal lelakinya. Mereka benar-benar butuh pertolongan hukum, sebagai korban “Bang Thoyib”..
Benar, suatu pelayanan kemanusiaan yang tak kenal lelah dan Sekolah Master telah membuktikan dirinya telah berupaya memotong lingkaran setan kemiskinan melalui pemberian akses pendidikan, bantuan kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan advokasi hukum kepada masyarakat papa agar mereka bisa mengenyam masa depan yang lebih baik.